Jangan pernah bangga pada apa yang kita punya namun berbanggalah pada apa-apa yang Allah berikan pada kita

Senin, 09 Oktober 2017

AKU SEPERTI INI KARENA JASA AYAH DAN IBUKU

  Mendidik anak memang tidak semudah mencetak kue ataupun produk-produk instan yang tingal cetak langsung jadi sesuai keinginan kita.Apalagi kita sebagai orang tua yanf terkadang mendidik anak hanya dengan bermodalkan materi belaka. jika hanya materi bekal untuk kita mendidik anak-anak kita, maka jangan harap kita akan berhasil mendidik anak kita.

  Keberhasilan keluarga mendidik anak-anaknya harus dimulai dari sebelum kita memulai membangun sebuah keluarga kita.Tentunya dimulai dari memilih pasangan yang berkuwalitas bibit dan bobotnya alhasil berasal dari keturunan yang sholih dan sholihah.Dan yang tidak kalah pentingnya tentunya proses kita dalam mencetak generasi yang sholeh sholihah tentunya harus memiliki ilmunya.Para pendahulu kita sebelum menbina keluarga mereka dapat dipastikan selalu memulai dengan berguru/mengaji terlebih dahulu.Berbeda jauh tentunya dengan generasi masa kini selalu memulai rumah tangganya hanya dengan nafsu belaka, mereka beranggapan materi diatas segala-galanya.

  Baginda nabi dan para sahabatnya adalah sosok yang menjadi panutan sepanjang zaman dalam mendidik anak-anak.salah satu hasil didikan baginda nabi yang menjadi inspirasi sampai ahir zaman adalah sosok Syayidtu Fathimah Azzahra, siapa yang tidak kenal dengan keutamaan wanita mulia ini.
  Baginda rosul adalah sosok yang sangat menyukai sosok anak-anak, bahakan ketika baginda nabi menghadapi suatu masalah beliau anak-anaklah sosok penghibur yang beliau cari.selalu berbagi dengan anak-anak bila mempunyai sesuatu.Begitu luar biasanya kecintaan beliau terhadap anan-anak, ketika cucu beliau sayidina Hasan dan Husen menaiki punggung beliau ketika sholat , tidak ada sedikitpun perasaan terganggu dihati beliau.Terlebih lagi kecintaan beliau terhadap anak-anak yatim, sehingga beliau dijuluki dengan julukan "Abul Aitam" (bapaknya anak yatim) .Dan begitu cintnya terhadap anak yatim beliau berkata "Aku dan anak yatim bagaikan dua jari telunjuk dan tengah" subhanallah.... 

  Begitupula dengan para sahabat nabi, salah satunya sahabat sekaligus menantu beliau Sayidina Ali bin Abu Tholeb karomallah wajhah dalam mendidik karakter anak beliau merumuskan:

1. Kelompok 7 tahun pertama (usia  0 -7 tahun ), perlakukan anak sebagai raja.
2. Kelompok 7 tahun kedua ( usia 8 -14 tahun ) perlakakan anak sebagai tawanan.
3. Kelompok 7 tahun ketiga ( usia 15 - 21 tahun) perlakukan sebagai sahabat.


Anak Sebagai Raja (Usia 0-7 Tahun)
Melayani anak dibawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan prilakunya, misalnya, apabila kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memanggil kita- bahkan ketika kita sedang sibuk dengan pekerjaan kita – maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri kita ketika kita memanggilnya. Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu ketika ia memijat atau membelai punggung kita saat kita kelelahan atau sakit. Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat ia melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari ia akan mampu menahan emosinya ketika adik/ temannya melakukan kesalahan padanya.
Maka ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk melayani dan menyenangkan hati anak yang belum berusia tujuh tahun, insya Allah ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian dan bertanggung jawab. Karena jika kita mencintai dan memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga akan mencintai dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.
Anak Sebagai Tawanan (Usia 8-14 tahun)
Kedudukan seorang tawanan perang dalam Islam sangatlah terhormat, Ia mendapatkan haknya secara proporsional, namun juga dikenakan berbagai larangan dan kewajiban. Usia 7-14 tahun adalah usia yang tepat bagi seorang anak untuk diberika hak dan kewajiban tertentu.
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam mulai memerintahkan seoang anak untuk shalat wajib pada usia 7 tahun, dan memperbolehkan kita memukul anak tersebut (atau mengukum dengan hukuman seperlunya) ketika ia telah berusia 10 tahun jika meninggalkan shalat. Karena itu usia 7-14 tahun adalah saat yang tepat dan pas bagi anak-anak kita untuk diperkenalkan dan diajarkan tentang hal-hal yang terkait dengan hukum-hukum agama, baik yang diwajibkan maupun yang dilarang, seperti:
  1. Melakukan sholat wajib 5 waktu,
  2. Memakai pakaian yang bersih, rapih dan menutup aurat,
  3. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis,
  4. Membiasakan membaca Al-Qur’an,
  5. Membantu pekerjaan rumah tanngga yang mudah dikerjakan oleh anak susianya,
  6. Menerapkan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-hari. Reward ((hadiah/ penghargaan/ pujian) dan Punishment (hukuman/teguran) akan sangat pas diberlakukan pada usia 7 tahun kedua ini, karena anak sudah bisa memahami arti dari tanggung jawab dan konsekuaensi.
Namun demikian, perlakuan pada setiap anak tidak harus sama kerena every child is unique (setiap anak itu unik).

Anak Sebagai Sehabat (Uusia 15-21 tahun)
Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orangtua sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang diajarkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah.
1. Berbicara dari hati ke hati. Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menjelaskan bahwa ia sudah remaja dan beranjak dewasa.
Perlu dikomunikasikan bahwa selain mengalami perubahan fisik, Ia juga akan mengalami perubahan secara mental, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga sangat mungkin akan ada masalah yang harus dihadapinya. Paling penting bagi kita para orang tua adalah kita harus dapat membangun kesadaran pada anak-anak kita bahwa pada usia setelah akil baliqh ini, ia sudah memiliki buku amalannya sendiri yang kelak akan ditayangkan dan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Memberi Ruang Lebih. Setelah measuki usia akil Baligh, anak perlu memiliki ruang agar tidak merasa terkekang, namun tetap dalam pengawasan kita. Controlling (pengawasan) tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi dengan berdo’a untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi. Selanjutnya, ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk.
3. Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat. Waktu usia 15- 21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih beratdan lebih besar, dengan begini kelak anak-anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat diandalkan.
Contoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah seperti memintanya membimbing adik-adiknya, mengerjakan beberapa pekejaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur jadwal kegiatan dan mengelola keuangannya sendiri.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita anak-anak yang shaleh shalehah dan berbakti.
“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa.” (Quran Surat Ali Imran: 38).
Oleh: FP Alhabib Quraisy Baharun.

  Berikut ini adalah vidio anak-anak hebat, hasil didikan orang tua yang luar biasa .Begitu melekatnya dihati kasih sayang kedua orang tuanya anak ini selalau mengingat nasehat orang tuanya hingga azal memisahkanyapun kedua orang tuanya tidak pernah hilang dalam hatinya.Inilah hasil didikan orang tua yang berpegang teguh pada agama.




           Kedua orang tuaku sangat menyayangiku kalimat ini yang selalu ada dibenak anak ini.


                                      

 Dibalik kesuksesan anak-anak ini adalah mereka para orang tua yang selalu ada untuk anak-anaknya.
sumber vidio you tube.

14 komentar:

  1. Tahapan pedidikan yang runut, sistematis, dan terpola. Bagus, Mas.
    Mereka adalah sosok-sosok kecil yang luar biasa, ya, Mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan tentunya dibalik sosok2 mereka juga yg tidak kalah luar biasa...amet sewu yai...hee

      Hapus
  2. mendidik anak emang memiliki seni tersendiri, tapi mengikuti cara Rasulullah emang kewajiban kita sebagai muslim

    salam kenal mas!

    BalasHapus
  3. seorang anak memang amanah besar dalam hidup..harus berusaha semaksimal mungkin dalam mendidiknya..

    BalasHapus
  4. Saya tertarik dengan perlalukan anak sebagai raja. Ini yang kadang luput dari orang tua. Kadang anak dianggap sebagai bebaan kehidupannya. Setengah hati dalam merawat pertumbuhan anaknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju sob,ketika anak kita jadidikan sebagai beban pantasaskah kita disebut sebagai orang tua...hemm

      Hapus
  5. sama sama mas..kunjung balik ya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi..bolak-balik tidak apa2 gan, yg penting jangan bosan ya....heee...hee

      Hapus
  6. Anak memang harta paling berharga yang di titipkan Allah untuk kita
    tinggal bagaimana kita mendidiknya agar menjadi manusia yang beguna dan berakhlak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget sob,trimakasih atas kunjungannya

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...