Mendidik anak memang tidak semudah mencetak kue ataupun produk-produk instan yang tingal cetak langsung jadi sesuai keinginan kita.Apalagi kita sebagai orang tua yanf terkadang mendidik anak hanya dengan bermodalkan materi belaka. jika hanya materi bekal untuk kita mendidik anak-anak kita, maka jangan harap kita akan berhasil mendidik anak kita.
Keberhasilan keluarga mendidik anak-anaknya harus dimulai dari sebelum kita memulai membangun sebuah keluarga kita.Tentunya dimulai dari memilih pasangan yang berkuwalitas bibit dan bobotnya alhasil berasal dari keturunan yang sholih dan sholihah.Dan yang tidak kalah pentingnya tentunya proses kita dalam mencetak generasi yang sholeh sholihah tentunya harus memiliki ilmunya.Para pendahulu kita sebelum menbina keluarga mereka dapat dipastikan selalu memulai dengan berguru/mengaji terlebih dahulu.Berbeda jauh tentunya dengan generasi masa kini selalu memulai rumah tangganya hanya dengan nafsu belaka, mereka beranggapan materi diatas segala-galanya.
Baginda nabi dan para sahabatnya adalah sosok yang menjadi panutan sepanjang zaman dalam mendidik anak-anak.salah satu hasil didikan baginda nabi yang menjadi inspirasi sampai ahir zaman adalah sosok Syayidtu Fathimah Azzahra, siapa yang tidak kenal dengan keutamaan wanita mulia ini.
Baginda rosul adalah sosok yang sangat menyukai sosok anak-anak, bahakan ketika baginda nabi menghadapi suatu masalah beliau anak-anaklah sosok penghibur yang beliau cari.selalu berbagi dengan anak-anak bila mempunyai sesuatu.Begitu luar biasanya kecintaan beliau terhadap anan-anak, ketika cucu beliau sayidina Hasan dan Husen menaiki punggung beliau ketika sholat , tidak ada sedikitpun perasaan terganggu dihati beliau.Terlebih lagi kecintaan beliau terhadap anak-anak yatim, sehingga beliau dijuluki dengan julukan "Abul Aitam" (bapaknya anak yatim) .Dan begitu cintnya terhadap anak yatim beliau berkata "Aku dan anak yatim bagaikan dua jari telunjuk dan tengah" subhanallah....
1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0 -7 tahun ), perlakukan anak sebagai raja.
2. Kelompok 7 tahun kedua ( usia 8 -14 tahun ) perlakakan anak sebagai tawanan.
3. Kelompok 7 tahun ketiga ( usia 15 - 21 tahun) perlakukan sebagai sahabat.
Anak Sebagai Raja (Usia 0-7 Tahun)
Melayani anak dibawah usia 7 tahun
dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita
lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan
berdampak sangat baik bagi perkembangan prilakunya, misalnya, apabila
kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memanggil kita- bahkan
ketika kita sedang sibuk dengan pekerjaan kita – maka ia akan langsung
menjawab dan menghampiri kita ketika kita memanggilnya. Saat kita tanpa
bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu
ketika ia memijat atau membelai punggung kita saat kita kelelahan atau
sakit. Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat ia melakukan
kesalahan sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari ia akan mampu menahan
emosinya ketika adik/ temannya melakukan kesalahan padanya.
Maka ketika kita selalu berusaha sekuat
tenaga untuk melayani dan menyenangkan hati anak yang belum berusia
tujuh tahun, insya Allah ia akan tumbuh menjadi pribadi yang
menyenangkan, perhatian dan bertanggung jawab. Karena jika kita
mencintai dan memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga akan mencintai
dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.
Anak Sebagai Tawanan (Usia 8-14 tahun)
Kedudukan seorang tawanan perang dalam
Islam sangatlah terhormat, Ia mendapatkan haknya secara proporsional,
namun juga dikenakan berbagai larangan dan kewajiban. Usia 7-14 tahun
adalah usia yang tepat bagi seorang anak untuk diberika hak dan
kewajiban tertentu.
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi
wa Shohbihi wa Sallam mulai memerintahkan seoang anak untuk shalat wajib
pada usia 7 tahun, dan memperbolehkan kita memukul anak tersebut (atau
mengukum dengan hukuman seperlunya) ketika ia telah berusia 10 tahun
jika meninggalkan shalat. Karena itu usia 7-14 tahun adalah saat yang
tepat dan pas bagi anak-anak kita untuk diperkenalkan dan diajarkan
tentang hal-hal yang terkait dengan hukum-hukum agama, baik yang
diwajibkan maupun yang dilarang, seperti:
- Melakukan sholat wajib 5 waktu,
- Memakai pakaian yang bersih, rapih dan menutup aurat,
- Menjaga pergaulan dengan lawan jenis,
- Membiasakan membaca Al-Qur’an,
- Membantu pekerjaan rumah tanngga yang mudah dikerjakan oleh anak susianya,
- Menerapkan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-hari. Reward ((hadiah/ penghargaan/ pujian) dan Punishment (hukuman/teguran) akan sangat pas diberlakukan pada usia 7 tahun kedua ini, karena anak sudah bisa memahami arti dari tanggung jawab dan konsekuaensi.
Namun demikian, perlakuan pada setiap anak tidak harus sama kerena every child is unique (setiap anak itu unik).
Anak Sebagai Sehabat (Uusia 15-21 tahun)
Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak
menginjak akil baligh. Sebagai orangtua sebaiknya memposisikan diri
sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang
diajarkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah.
1. Berbicara dari hati ke hati. Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menjelaskan bahwa ia sudah remaja dan beranjak dewasa.
Perlu dikomunikasikan bahwa selain
mengalami perubahan fisik, Ia juga akan mengalami perubahan secara
mental, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga sangat
mungkin akan ada masalah yang harus dihadapinya. Paling penting bagi
kita para orang tua adalah kita harus dapat membangun kesadaran pada
anak-anak kita bahwa pada usia setelah akil baliqh ini, ia sudah
memiliki buku amalannya sendiri yang kelak akan ditayangkan dan diminta
pertanggungjawabannya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Memberi Ruang Lebih. Setelah measuki usia akil Baligh, anak perlu memiliki ruang agar tidak merasa terkekang, namun tetap dalam pengawasan kita. Controlling (pengawasan)
tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi
dengan berdo’a untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan demikian anak
akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi.
Selanjutnya, ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang
kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk.
3. Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat.
Waktu usia 15- 21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung
jawab yang lebih beratdan lebih besar, dengan begini kelak anak-anak
kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan
dapat diandalkan.
Contoh pemberian tanggung jawab pada
usia ini adalah seperti memintanya membimbing adik-adiknya, mengerjakan
beberapa pekejaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur
jadwal kegiatan dan mengelola keuangannya sendiri.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita anak-anak yang shaleh shalehah dan berbakti.
“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau
seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa.” (Quran
Surat Ali Imran: 38).
Oleh: FP Alhabib Quraisy Baharun.
Berikut ini adalah vidio anak-anak hebat, hasil didikan orang tua yang luar biasa .Begitu melekatnya dihati kasih sayang kedua orang tuanya anak ini selalau mengingat nasehat orang tuanya hingga azal memisahkanyapun kedua orang tuanya tidak pernah hilang dalam hatinya.Inilah hasil didikan orang tua yang berpegang teguh pada agama.
Berikut ini adalah vidio anak-anak hebat, hasil didikan orang tua yang luar biasa .Begitu melekatnya dihati kasih sayang kedua orang tuanya anak ini selalau mengingat nasehat orang tuanya hingga azal memisahkanyapun kedua orang tuanya tidak pernah hilang dalam hatinya.Inilah hasil didikan orang tua yang berpegang teguh pada agama.
Kedua orang tuaku sangat menyayangiku kalimat ini yang selalu ada dibenak anak ini.
Dibalik kesuksesan anak-anak ini adalah mereka para orang tua yang selalu ada untuk anak-anaknya.
sumber vidio you tube.